
Ikatan Wartawan Online (IWO) Sidrap, bakal menggelar pendidikan dan pelatihan jurnalistik digital. Acaranya akan menghadirkan tiga penulis; Syafruddin Wela, H. Purmadi Muin dan Edy Basri.
Oleh : Edy Basri
ACARA ini, bukan sekadar pelatihan biasa. Ini adalah upaya sistematis, penuh kesadaran, untuk memperbarui DNA para wartawan di era konvergensi media.
Di tengah dunia yang kini dibentuk oleh algoritma, big data, dan search engine optimization (SEO), wartawan tidak lagi hanya butuh pena dan buku catatan, tapi juga pemahaman tentang cara kerja mesin pencari dan psikologi audiens digital.
Tiga nama besar dijadwalkan hadir sebagai pencerah. Mereka bukan sekadar narasumber, melainkan arsitek kata-kata yang kenyang pengalaman, getir, dan gelombang perubahan media.
Pertama, ada Syafruddin Wela — nama yang di dunia jurnalistik Sidrap punya bobot tersendiri. Mantan Pimpinan Koran Cetak Ajatappareng dan pernah sebagai Redaktur di Harian Parepos (Fajar Grup) ini akan membedah teknik menulis dan wawancara dengan memadukan pendekatan klasik dan modern, sebuah heuristik yang terus relevan dari zaman mesin ketik hingga layar sentuh.
“Wartawan itu ibarat arkeolog,” ujar Wela suatu kali. “Kita harus tahu cara menggali fakta, menghapus bias, dan menyusun narasi tanpa merusak keaslian temuan.”
Lalu, hadir pula H. Purmadi, senior PWI Sidrap, yang kini masih aktif menulis di Koran Harian Berita Kota Makassar (BKM). Ia akan membawa materi bertajuk Media Sosial dan Citizen Journalism: Ketika Semua Orang Bisa Jadi Wartawan.
Materi ini menjadi sangat relevan di era prosumer — ketika konsumen media sekaligus menjadi produsen berita, dan batas antara jurnalis profesional dan netizen kabur seperti garis pantai dilanda pasang.
Purmadi, dengan gaya bertuturnya yang khas, akan mengulas bagaimana dunia telah berubah. Bagaimana user-generated content kini memegang kekuatan sebesar — bahkan lebih besar — dari redaksi besar. Bagaimana setiap orang, dengan telepon genggam di tangan, bisa menjadi saksi sejarah.
Tinggalkan Balasan