Example 650x100

Sidrap, katasulsel.com – Janji Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong untuk segera mengungkap pencurian peralatan vital milik BMKG bukan sekadar retorika.

Dalam tempo singkat, timnya berhasil menemukan barang bukti berupa aki, panel tenaga surya, dan baterai litium yang sebelumnya digondol pelaku.

Seperti perburuan jejak di tengah hutan belantara, tim penyidik Polres Sidrap bergerak dengan metode yang matang.

Berbekal analisis scientific investigation dan pola kejahatan serupa, unit reskrim dan intelijen bekerja simultan dalam mengurai teka-teki pencurian.

Dengan teknik mapping wilayah dan pendalaman jaringan pelaku, polisi menemukan barang bukti terbuang di area perbukitan.

Example 970x970

Kapolres Sidrap menilai ada indikasi pelaku merasa terdesak, sehingga memilih menyingkirkan barang curian demi menghilangkan jejak.

Dalam keterangan persnya, Senin (17/2), AKBP Dr. Fantry Taherong menegaskan bahwa pengungkapan kasus ini terus berjalan hingga aktor utama tertangkap.

“Kami sudah mengantongi identitas pelaku. Cepat atau lambat, mereka akan terjerat. Tidak ada ruang sembunyi yang cukup aman dari hukum,” tegasnya.

Peristiwa ini bukan insiden pertama. Data BMKG menunjukkan bahwa pencurian alat pendeteksi gempa dan tsunami telah berulang kali terjadi, termasuk di berbagai daerah strategis.

Pencurian terbaru di Sidrap terjadi pada 12 Februari 2025 pukul 23.00 WITA di Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu.

Lanjut Baca…

Pelaku menyasar enam baterai akumulator (aki) yang menjadi sumber daya sensor seismograf serta dua panel surya yang dipasang di shelter stasiun.

Bahkan, bangunan shelter mengalami kerusakan akibat pembongkaran paksa.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan bahwa pencurian ini bukan sekadar tindak kriminal biasa, tetapi juga mengancam keselamatan masyarakat luas.

“Peralatan yang dicuri adalah komponen vital dalam sistem pemantauan dini gempa dan tsunami. Tanpa perangkat ini, deteksi dini menjadi lumpuh, yang bisa berakibat fatal jika terjadi bencana,” ujarnya.

Akibat aksi pencurian ini, BMKG harus menarik seluruh peralatan komunikasi yang tersisa untuk menghindari kerugian lebih lanjut.

Dampaknya, satu titik pemantauan bencana di Sidrap kini tidak lagi berfungsi optimal. Hal ini semakin memperkuat urgensi untuk pengamanan ketat terhadap peralatan serupa di berbagai daerah.

Kasus ini bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia. Sejak 2015, aksi serupa telah mencoreng upaya mitigasi bencana di berbagai wilayah, dari Garut hingga Papua Barat.

BMKG kini menyerukan keterlibatan lebih aktif dari pemerintah daerah dan aparat keamanan dalam menjaga keberlangsungan alat pemantauan bencana.

Lanjut Baca…

Polres Sidrap menegaskan komitmennya untuk membongkar jaringan pelaku dan menutup celah bagi aksi serupa di masa mendatang.

“Kami akan terus melakukan patroli intensif di titik-titik rawan dan berkoordinasi dengan BMKG untuk memperkuat pengamanan,” ujar AKBP Dr. Fantry.

Dengan kerja sama yang solid antara kepolisian dan BMKG, diharapkan tidak ada lagi ruang bagi oknum tak bertanggung jawab untuk mengganggu sistem mitigasi bencana yang menjadi garda terdepan dalam perlindungan masyarakat Indonesia. (edybasri)