Example 650x100

Sidrap, Katasulsel.com — Di saat sorotan publik nasional tertuju ke Majalengka, tempat Presiden Prabowo memulai panen raya nasional, Sidrap bergerak diam-diam. Tapi tidak kecil. Justru besar, masif, dan bernuansa transformatif.

Di Kelurahan Bangkai, Watang Pulu, padi menguning bukan cuma karena waktu tanam yang tepat. Tapi karena semangat kolektif yang dirancang dengan pendekatan multi-stakeholder integrated farming.

Pemandangannya tak biasa: petani bahu membahu, pemangku kebijakan ikut memegang cangkul, dan yang paling tidak lazim—anggota polisi berjaga, bukan di depan kantor, tapi di pematang sawah.

Polisi di Sawah: Sebuah Paradigma Baru

Kapolres Sidrap, Dr Fantry Taherong.,S.H., S.I.K.,M.H, tak datang dengan sirine. Ia datang dengan boots, dan jargon baru: “Keamanan pangan adalah bagian dari keamanan nasional.”

Itulah mengapa polisi turun sawah bukan sekadar gimmick. Ini adalah praktik dari teori community-oriented policing yang dikawinkan dengan prinsip agrarian resilience.

Example 970x970

Bersambung…

“Kalau keamanan pangan goyah, keamanan sosial bisa retak,” kata Fantry, pendek, tapi sarat makna.

Pompanisasi dan Ilmu di Baliknya

Di balik panen raya ini ada proyek besar yang diam-diam mulai merevolusi wajah pertanian: pompanisasi berbasis data spasial.

Tidak ada yang instan. Penempatan pompa bukan sembarangan. Ada dasar ilmiah: peta kontur, akuifer dangkal, curah hujan lokal, bahkan prediksi debit sungai berbasis remote sensing. Semuanya dianalisis.

Ini bukan irigasi konvensional. Ini rekayasa hidrologi mikro. Teknokrat turun. Petani dilatih. Dan Polres jadi pengawal logistiknya.

Distribusi pupuk diawasi, penyaluran alat pertanian dikawal. Bahkan, penyuluhan dilengkapi sesi hukum. Hukum agraria. Hukum perlindungan petani. Edukasi anti-mafia pupuk.

Forum Tak Biasa: Dari Pos Kamling ke Pos Tani

Polres Sidrap membentuk kanal komunikasi yang tak umum: forum informal antara penyuluh, Babinkamtibmas, dan kelompok tani. Hasilnya? Reduksi konflik agraria secara drastis.

Fantry menjelaskan, pendekatannya adalah preventive structural strategy, yakni mencegah konflik sejak hulu, bukan hanya menindak saat hilir.

Dalam istilah sosiologi agraria, polisi bukan lagi entitas eksternal, tapi aktor simbiotik dalam ekosistem pertanian.

Brigade Pangan: Semi-Militeristik, Tapi Gotong Royong

Ada eksperimen sosial yang patut dicatat: Brigade Pangan. Sebuah komunitas petani dengan disiplin organisasi tinggi. Mereka bekerja dengan SOP mirip barisan komando, tapi tanpa pangkat. Ada rotasi tugas. Ada pembagian peran.

Dan kehadiran polisi di sini menjadi semacam civilian stabilizer. Mereka tidak mendikte, tapi mendampingi. Disiplin tanpa intimidasi.

“Kami butuh dukungan semua pihak. Polres paham betul dinamika lapangan,” ungkap Kadis Pertanian Sidrap, Fajri Salman.

Bersambung…

Narasi Besar: Pangan Sebagai Isu Geopolitik

Apa yang terjadi di Sidrap bukan hanya soal panen. Tapi soal positioning. Di tengah ancaman krisis pangan global, Sidrap sedang membangun narasi: bahwa desa bisa mandiri, bahwa pangan bisa jadi senjata strategis.

Dalam geopolitik modern, padi bukan sekadar komoditas. Ia adalah simbol kedaulatan. Dan Sidrap memilih berdiri di baris terdepan.

Presiden memang tak datang. Tapi Sidrap tak perlu itu untuk menunjukkan jati diri. Karena yang mereka bangun adalah kepercayaan rakyat, bukan sekadar pencitraan elite.

Dari Ladang ke Legitimasi

Kehadiran Polres di jalur pertanian adalah bentuk baru legitimasi negara. Bukan karena kekuasaan. Tapi karena kehadiran fungsional.

Fantry tak datang saat panen saja. Ia hadir sejak awal. Saat benih dibagikan. Saat petani keluhkan lahan bersengketa. Saat subsidi pupuk ditahan.

Ini adalah bentuk state embeddedness yang sesungguhnya. Ketika negara hadir lewat orang-orang yang bekerja, bukan lewat baliho.

Sidrap: Prototipe Pertanian Resilien

Hari ini, Sidrap mulai dilirik. Tapi bukan karena seremoni. Melainkan karena hasil.

Indeks pertanaman naik. Produksi melonjak. Konflik agraria menurun. Dan rasa percaya antara rakyat dan negara—itu yang paling mahal—menguat.

Bukan mustahil, dalam beberapa tahun, model Sidrap ini akan diadopsi nasional. Karena yang mereka tanam bukan hanya padi. Tapi sistem. Yang mereka panen bukan hanya gabah. Tapi peradaban.

Dan di ujung pematang itu, kita lihat seorang polisi. Tidak sedang memburu kriminal. Tapi sedang menjaga masa depan pangan kita (edybasri)