
Foto ilustrasi
Enrekang, katasulsel.com – Bulan Ramadan yang diharapkan menebarkan kebahagiaan, berakhir dengan tragedi di Dusun Talaga, Kelurahan Juppandang, Kecamatan Enrekang.
ES (27), seorang pria yang seharusnya menikmati keakraban lebaran bersama keluarga, terbaring kaku di kamarnya, tergantung dengan tali prusik yang melilit lehernya.

Senyum lebaran yang seharusnya menghiasi wajahnya terbungkam di balik tali prusik yang terikat pada tiang penyangga atap rumahnya.
Harapan yang seharusnya berkilauan di matanya padam seiring dengan perginya nyawa yang terenggut dengan tragis.
“Dia kembali ke Enrekang untuk mencari pekerjaan setelah kontraknya habis di Penajam. Tapi nasib berbeda menguji nyawanya di hari raya ini, ” ungkap Kapolsek Enrekang, AKP Lukman, dengan nada sedih, Senin, 31 Maret 2025
Kehilangan pekerjaan seolah menjadi bayangan kelam yang mengurai harapan ES.
Kehilangan pekerjaan bukan hanya merenggut nafkah, tapi juga mengurai kepercayaan diri yang seolah tergantung pada tali prusik yang melilit lehernya.
“Dia terlihat baik-baik saja sebelumnya. Kami tak menyangka peristiwa ini akan terjadi, ” tutur keluarga ES dengan suara bergetar
Lebaran yang seharusnya dipenuhi kebahagiaan berubah menjadi duka mendalam bagi keluarga ES. Senyum lebaran tergantikan dengan air mata kesedihan yang mengalir deras di hari raya ini.
“Semoga jiwanya tenang di sisi-Nya,” doa keluarga ES dengan suara yang terisak. Dan kita semua bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini.”
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan lebaran bukan hanya tentang kue kering dan baju baru, tapi juga tentang kepedulian dan dukungan satu sama lain.
Semoga kisah ES menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga keharmonisan dan kebahagiaan dalam hidup.(*)
Tinggalkan Balasan