Pada akhir minggu ini, saya diminta bicara tentang “Pentingnya Membaca dan Etika Bermedia” online oleh Panitia Pelatihan Jurnalistik Ikatan Wartawan Online Sidrap. Ketika itu, saya menyampaikan beberapa catatan dan pesan informatif, mencerdaskan, dan mencerahkan, berikut ulasanya!

Ditulis Oleh: M. Saleh Mude
Mahasiswa Program Doktor di Hartford International University, Connecticut, Amerika Serikat.

Pertama, saya mengutip salah satu link tulisan yang menjelaskan bahwa jika dilihat dari definisi seorang juru tinta atau wartawan sebagai pembawa berita, maka Nabi Nuh as adalah wartawan pertama karena beliau sebagai pembawa berita pertama untuk orang banyak, pengikutnya tentang perkembangan banjir di daerah dan eranya dan kantor berita pertama, menurut tulisan itu adalah Kapal Nabi Nuh. Tapi secara jamak, para jurnalis modern mengakui “Bapak Wartawan Modern” adalah Julius Caesar (100-44 SM) asal Italia. Caesar dinilai telah berjasa karena rajin mencatat peristiwa penting di zaman Romawi Kuno dan memajang berita-berita itu di Majalah Dindingnya, di serambi rumahnya, Acta Diurna (Annals).

Kedua, saya menyampaikan betapa pentingnya banyak membaca dan menulis ke Peserta Pelatihan karena dengan rajin membaca dan latihan menulis akan membimbing menjadi seorang juru tinta yang profesional dan produktif menulis. Seorang wartawan profesional selalu ingin menjadi sumber berita pertama tentang suatu berita atau peristiwa penting yang terjadi di wilayahnya. Tentang pentingnya membaca, saya kutipkan kata-kata bijak seorang filosof, M. de Voltaire (1694-1778) menulis bahwa, “Semakin banyak yang saya baca, semakin banyak yang saya peroleh, tapi semakin yakin saya bahwa saya tidak mengetahui apa-apa.” Artinya, kita dapat mengatakan, apa yang kita ketahui setelah membaca adalah baru sebatas setetes air dari apa yang belum kita ketahui seperti seluas lautan. Untuk menjadi penulis rajin (prolifik), saya mengutip dua profil penulis besar; (i) Bertrand Arthur William Russell (1872-1970), filosof asal Inggris yang banyak menulis buku, misalnya matematika, logika, bahasa, epistemologi, metafisika, dll. Russell mengaku menulis 3.000 kata tiap hari dan (ii) Mark Twain atau Samuel Langhorne Clemens (1835-1910), penulis, wartawan terkenal di Amerika, humoris, pebisnis media, penerbit, dan pengajar. Mark Twain mengaku menulis 4000 kata per hari. Rumahnya dijadikan Museum, kebetulan dekat dari rumah saya di kota Hartford, Connecticut.

Adapun kenapa kita penting menulis (termasuk merekam) dengan baik setiap berita atau peristiwa atau narasumber, saya mengutipkan pepatah dari Bahasa Latin, “Verba volant, scripta manent.” Artinya yang terucap akan mudah hilang tapi yang tertulis (terekam) akan abadi atau permanen.

Ketiga saya mengenalkan enam profil wartawan dunia yang terkenal dan mendapat berbagai penghargaan karena ketekunan dan keberaniannya melaporkan berbagai kasus-kasus kriminal dan perang, termasuk interview sejumlah tokoh internasional dunia Islam, seperti Hosni Mubarak, Muhammad Gaddafi, Osama Bin Laden, dll. Mereka adalah Hu Shuli asal Cina; Christiane Amanpour, wartawan CNN; Anna Politkovskaya asal Rusia; Robert Fisk dan Hunter S Thompson asal Amerika; dan fotografer Sami Al Haji asal Sudan.

Dua tambahan informasi lainnya adalah tentang beberapa jebolan wartawan yang kini menikmati hidupnya dengan bahagia karena mendapat bayaran tinggi sebagai penulis buku dari puluhan miliar hingga triliunan, seperti J.K. Rowling, penulis Buku dan Film Harry Potter; James Patterson, penulis buku-buku detektif remaja di Amerika; Jeff Kinney, penulis naskah film “The Davinci Code;” dan Andrea Hirata, penulis buku asal Indonesia, terkenal melalui film Laskar Pelangi.

Satu dari terakhir, saya menyampaikan bahwa sebagai Muslim, setiap wartawan harus selalu meyakini dan menjaga pentingnya validitas atau keotentikan suatu berita atau sumber berita, harus jujur dan diusahakan mengambil dari sumber pertama berita atau langsung dari tempat kejadian. Petunjuk ini telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat (49) Ayat 6. Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang (yang fasik) datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Jika seorang wartawan mengabarkan suatu berita yang tidak valid (sahid), maka bisa dituntut oleh nama yang dicatut atau disebut karena merasa tidak pernah dikonfirmasi. Selain cerdas, berani, dan jujur, seorang wartawan harus selalu mengingat rambu-rambu atau etika dalam menulis atau mengabarkan suatu berita agar terjauh dan tidak terjerat oleh kasus-kasus hukum atau pelanggaran etika profesi, yang tidak perlu. Setiap masalah yang menyeret seorang wartawan akan mengganggu hidupnya. Dia bisa diberhentikan oleh lembaga atau medianya, termasuk tidak dipercaya oleh masyarakat atau di-bully dan dihakimi secara sosial di media sosial. Karena itu, seorang warga pers harus selalu menjaga etikanya dan perilakunya. Peran dan posisi Lembaga atau organisasi kewartawanan telah disepakati oleh negara-negara maju, termasuk Indonesia, sebagai salah satu pilar penting dalam menegakkan demokrasi.

Saya merasa terhormat karena bisa bicara secara online di hadapan lebih 100 peserta Pelatihan Jurnalistik, umumnya adalah putra-putri dari tempat kelahiran saya, Sidrap.

Hartford, 16 Juli 2023

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com