Kategori
Buton

Tak Kenal Libur, Bupati Butur Turun ke Lapangan Demi Masa Depan Daerah

Buton Utara, katasulsel.com – Di saat sebagian besar orang menikmati libur panjang cuti bersama, Bupati Buton Utara (Butur), Afirudin Mathara, justru sibuk menyusuri jalan-jalan rusak dan meninjau sekolah-sekolah yang membutuhkan perhatian.

Bagi Bupati, tidak ada waktu untuk bersantai ketika rakyat masih menghadapi keterbatasan infrastruktur.

Hari itu, Minggu (6/4/2025), mentari baru saja menampakkan sinarnya ketika Bupati Afirudin, memulai perjalanannya ke pelosok wilayah Butur.

Tujuannya jelas, melihat langsung kondisi infrastruktur jalan dan fasilitas pendidikan yang selama ini menjadi keluhan warga.

“Cuti bersama bukan menjadi penghalang bagi saya dan Pak Rahman untuk bekerja membangun daerah ini,” tegas Afirudin

Salah satu lokasi yang Ia tinjau adalah jembatan di Desa Tatombuli, Kecamatan Bonegunu, yang menjadi urat nadi penghubung warga.

Tak hanya itu, Bupati juga menyempatkan diri menengok langsung kondisi SDN 1 Kioko di Kelurahan Bonegunu, sebuah sekolah dasar yang kondisi bangunannya dinilai sangat mengkhawatirkan.

“Mulai dari bangunan utama hingga fasilitas penunjang lainnya, semuanya sangat memprihatinkan. Kita ingin bicara mutu pendidikan, tapi infrastruktur harus berjalan beriringan. Hanya dengan begitu cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi UUD 1945 bisa tercapai,” jelasnya.

Komitmen Bupati Butur tak hanya sekedar janji di balik meja. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah tentang hadir dan merasakan langsung apa yang dirasakan rakyat.

Dengan langkah-langkah nyata, Afirudin Mathara ingin memastikan bahwa Buton Utara tidak tertinggal baik dalam pembangunan infrastruktur jalan maupun kualitas pendidikan.

Laporan: Asman Ode

Kategori
Buton

Bupati Butur Cek Kondisi Jembatan Tambatan Perahu Desa Tatombuli

Buton Utara, katasulsel.com – Langkah Bupati Buton Utara, Afirudin Mathara menyusuri pesisir Desa Tatombuli, Kecamatan Bonegunu, bukan sekedar kunjungan biasa.

Di tengah debur ombak dan semilir angin laut, Bupati menyaksikan sendiri bagaimana kondusi sebuah tambatan perahu yang reyot menjadi satu-satunya tumpuan para nelayan menggantungkan asa.

“Bukan hanya infrastruktur sekolah yang kami perhatikan. Kemarin saya juga meninjau langsung kondisi tambatan perahu di Desa Tatombuli. Infrastruktur ini sangat penting bagi para nelayan, namun keadaannya kini sangat memprihatinkan,” ujar Bupati.

Tambatan perahu yang seharusnya menjadi pengaman dan penghubung, kini justru menjadi ancaman bagi keselamatan.

Meski tidak layak pakai, nelayan tak punya pilihan lain itu satu-satunya fasilitas yang tersedia dari pemerintah hingga saat ini.

Melihat kenyataan ini, Bupati menyatakan komitmennya untuk segera mengambil langkah konkrit.

“Insyaallah kami akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait agar masalah ini bisa segera diselesaikan,” tegasnya.

Laporan: Asman Ode

Kategori
Soppeng

Tiwi Goyang Soppeng, dan Ustadz Syam yang Menyejukkan, Reuni yang Lengkap Jiwa Raga

Soppeng, katasulsel.com — Lapangan Andi Mahmud, Liliriaja, bukan lagi sekadar ruang terbuka hijau. Sabtu, 5 April 2025, ia berubah jadi altar nostalgia, tempat para alumni SMP Negeri 1 Cangadi dari berbagai penjuru Nusantara kembali menapak tanah kelahirannya—tak sekadar menengok masa lalu, tapi merayakan tali batin yang tak pernah benar-benar putus.

Dari ASN berseragam rapi, jenderal dengan bintang di pundak, profesor yang lekat dengan jurnal ilmiah, hingga para profesional dengan portofolio panjang, semua lebur dalam satu suasana: haru, hangat, dan heboh. Mereka bukan sekadar datang untuk reuni, tapi kembali untuk menyalakan ulang cerita lama dengan versi mereka yang kini lebih matang dan beragam.

Dan jika kau kira ini cuma ajang selfie lalu bubar, maka kamu belum tahu betapa IKA Alumni SMPN 1 Cangadi tahu cara meracik kenangan dengan vibe kekinian. Panggung hiburan disiapkan untuk menyambut Tiwi—penyanyi dangdut berdarah campuran Bugis, Makassar, dan Jawa yang kini tengah naik daun. Nama aslinya, Dewwayu Pratiwi, mungkin terdengar bak penyair zaman modern, tapi di atas panggung, cewek satu ini adalah dynamo yang siap menggoyang massa dengan gaya enerjik dan suara khasnya yang menusuk rasa.

Tentu, bukan hanya panggung yang disiapkan. Dari pagi hingga menjelang sore, rangkaian kegiatan padat berisi nilai sosial dan rekreatif: gerak jalan santai sebagai pemanasan emosional, senam massal untuk merangsang endorfin kolektif, hingga aksi bakti sosial dan donor darah yang membuktikan bahwa nostalgia juga bisa menyehatkan dan menyelamatkan.

Ketua Panitia, Hasnawati—yang juga auditor senior sekaligus kandidat doktor Universitas Pancasila—menyebut momen ini sebagai “jembatan jiwa” antara para perantau dengan kampung halamannya. “Ini bukan hanya ajang temu kangen,” ujarnya, “tapi perayaan silaturahmi yang tak kenal generasi.” Kata-katanya bukan retorika. Sebab di balik acara ini, ada emotional bonding yang mendalam, psychosocial reconnection antara alumni dan tanah asalnya yang mungkin sudah lama tak disentuh secara fisik.

Dan sebagai penutup yang syahdu, malam harinya akan digelar tauziah dari Ustadz Syam, yang dikenal dengan gaya ceramahnya yang teduh tapi menggugah. Ribuan warga diprediksi akan tumpah ruah memenuhi lapangan. Dari yang datang untuk hiburan, hingga yang pulang membawa insight spiritual.

Bila dilihat dari kacamata sosiologis, momen ini adalah contoh social capital yang hidup dan berkembang: reuni bukan cuma ritual mengenang, tapi juga ruang untuk memperkuat jaringan sosial, mempererat solidaritas lintas profesi, serta mempertemukan kembali warga diaspora dengan identitas lokalnya.

Jadi, jika kamu mendengar suara tawa, musik dangdut yang berpadu dengan gema doa, atau melihat mobil plat luar kota berjejer rapi di jalanan Soppeng, jangan heran. Itu bukan sekadar hiruk pikuk. Itu Soppeng yang sedang memeluk anak-anaknya pulang—dalam balutan reuni, goyang, dan dakwah. Lengkap.

Kategori
Makassar

Debt Collector “Nakal” di Makassar, Bang Cule: “Hukum Harus Tegas

Foto ilustrasi

Makassar, kilatutama.com — Suasana Lebaran Idul Fitri di Makassar mendadak berubah muram. Seorang perempuan muda, YY (26), mengalami trauma berat setelah sepeda motor yang dipinjamnya ditarik paksa oleh empat debt collector dari perusahaan pembiayaan NSC Finance. Seolah mencoreng kebahagiaan hari raya, aksi brutal debt collector ini menimbulkan kemarahan dan keprihatinan banyak pihak.

“Ini bukan cara menagih utang yang manusiawi!” ujar YY dengan suara bergetar. “Saya dipermalukan dan diancam di depan umum. Seolah-olah saya adalah penjahat yang harus ditangkap.”

Kejadian ini terjadi di Jalan Veteran Selatan, depan Toko Coan, Kelurahan Maricayya, Kecamatan Mamajang, Jumat (28/3/2025), tiga hari sebelum Lebaran. YY yang sedang membeli bahan kue tiba-tiba dihentikan oleh debt collector yang menanyakan Supriadi, menantu dari yang tercantum dalam STNK motor tersebut.

“Saya tidak mengenal Supriadi,” jelas YY. “Tapi saya dipaksa menyerahkan motor tersebut dan digiring ke kantor NSC Finance tanpa ada surat tugas resmi atau dokumen dari pengadilan.”

Di kantor NSC Finance, YY dihadapkan pada situasi yang menakutkan. Ia dikelilingi oleh empat debt collector yang bersikap kasar dan mengancam. Seolah-olah dia terjebak dalam “penjara” yang dibangun oleh debt collector tersebut.

“Saya merasa terancam dan dipermalukan,” kata YY dengan mata berkaca-kaca. “Kejadian ini meninggalkan trauma yang mendalam bagi saya.”

Orang tua YY, H. Nur Amin, yang juga jurnalis dari faktual.com, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kondisi anaknya. “YY mengalami trauma berat, ketakutan, sulit tidur, dan selalu merasa diawasi,” tuturnya.

“Ini adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia,” tegas Ketua IWO Sulsel, Zulkifli Thahir (Bang Cule). “Tindakan brutal debt collector ini harus dihentikan. Polisi dan OJK harus menindak perusahaan yang membiarkan debt collector bertindak semena-mena.”

Kejadian ini seolah menjadi “cerminan” buruk praktik debt collector di Indonesia. Tindakan kekerasan dan intimidasi yang dilakukan oleh debt collector harus dihentikan. Masyarakat berhak mendapatkan perlindungan hukum dari praktik debt collector yang tidak manusiawi. Semoga kejadian ini menjadi momentum perbaikan dalam menegakkan hukum dan melindungi masyarakat dari tindak kekerasan oleh debt collector.(*)

Kategori
Sidrap

Car Free Day Kembali Hadir di Sidrap Usai Bulan Ramadhan, Polisi Amankan Kegiatan

SIDRAP, katasulsel.com — Setelah sempat libur selama Bulan Suci Ramadhan, kegiatan Car Free Day (CFD) kembali digelar di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Minggu pagi (6/4/2025). Masyarakat tampak antusias mengikuti kegiatan yang dipusatkan di kawasan Expose Jalan Lanto Dg Pasewang Pangkajene tersebut.

Berbagai aktivitas seperti olahraga ringan, jalan santai, senam massal, hingga bazar UMKM kembali memeriahkan suasana CFD yang menjadi agenda rutin setiap akhir pekan ini.

Untuk menjamin kelancaran dan keamanan kegiatan, puluhan personel dari Polres Sidrap dan Polsek dikerahkan ke lokasi. Mereka melakukan pengaturan lalu lintas, pengamanan area keramaian, hingga patroli berjalan kaki guna memastikan situasi tetap kondusif.

Kapolres Sidrap AKBP Fantry Taherong melalui Kabag Ops KOMPOL Galigo Suriyadi menjelaskan bahwa pengamanan ini merupakan bagian dari pelayanan Polri kepada masyarakat.

“Kami hadir untuk memastikan kegiatan CFD berjalan aman, tertib dan nyaman bagi seluruh warga yang berpartisipasi. Selain pengamanan, kami juga memberikan imbauan tertib lalu lintas dan keselamatan kepada masyarakat,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan momentum pasca-Ramadhan ini dengan menjaga kesehatan dan mempererat silaturahmi melalui kegiatan positif seperti CFD.

Dengan dukungan penuh dari aparat kepolisian, kegiatan Car Free Day di Sidrap diharapkan terus menjadi wadah sehat, aman dan produktif bagi seluruh lapisan masyarakat. (*)

Kategori
Nasional

Jalan Butur–Muna Rusak Berat, Desa Raimuna Jadi Titik Kritis

Foto Ilustrasi

Sultra, katasulsel.com — Aspal mengelupas. Tanah tergerus. Lubang menganga di mana-mana.

Itulah wajah jalan penghubung antara Kabupaten Buton Utara (Butur) dan Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Jalan negara ini, berubah jadi medan tempur lumpur dan bebatuan. Terparah: Desa Raimuna, Kecamatan Maligano.

Erosi terjadi masif. Longsor memakan bahu jalan. Tanahnya labil. Daya dukung jalan menurun drastis.

Vegetasi liar tumbuh tak terkendali. Material longsoran dan batang pohon menumpuk di sisi kanan dan kiri jalan. Akses makin sempit.

Seorang pengendara, Lina, harus berjibaku saat pulang ke Kendari. Perjalanannya melintasi Butur–Muna–Konawe Selatan–Kota Kendari. Tapi segmen paling menyiksa ada di Raimuna.

“Capek sekali. Jalan rusak potong-potong tapi panjang. Ada yang longsor di kilo lima dan kilo sebelas,” ucapnya, Sabtu, 5 April 2025.

Saat hujan turun, permukaan jalan jadi licin ekstrem. Koefisien gesek rendah. Risiko slip meningkat.

“Kalau dapat turunan atau tanjakan terus rusak, nyaris tak bisa dilewati,” katanya.

Di titik-titik tertentu, permukaan jalan membentuk kubangan. Kedalamannya bervariasi. Ada yang setara lutut orang dewasa.

“Kalau lengah, bisa jatuh. Apalagi naik motor. Bahaya sekali,” kata Lina.

Fenomena ini masuk kategori degradasi infrastruktur akut. Jika tak segera ditangani, kerusakan akan meluas.

Jalan penghubung ini adalah urat nadi logistik antar kabupaten. Warga khawatir, jika dibiarkan, desa mereka terisolasi.

Lina berharap ada intervensi cepat dari pemerintah. Bukan sekadar tambal sulam. Tapi perbaikan struktural. “Kami butuh jalan yang layak, bukan kubangan raksasa,” tegasnya.

Raimuna tidak butuh janji. Butuh solusi. (*)

Kategori
Pinrang

Satu Keluarga Tenggelam Saat Libur Lebaran di Pantai Ammani Pinrang

Pinrang, katasulsel.com — Ombak di Pantai Ammani, Pinrang, Sulawesi Selatan, tidak tampak garang.

Tapi, air tidak pernah memberi tahu kapan ia ingin menelan. Satu keluarga, terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak berusia sekitar tiga tahun, dilaporkan tenggelam, Sabtu sore, 5 April 2025.

Peristiwa ini berlangsung sore, sekira Pukul 16.15 WITA, sore.

Sayangnya, informasi yang diperoleh masih minim. Tak ada yang tahu pasti dari mana asal keluarga tersebut.

Saat kejadian, sejumlah pengunjung lainnya mencoba membantu keluarga yang tenggelam.

Dugaan sementara, mereka datang untuk rekreasi libur lebaran.

Seorang saksi, Rina (35), mengaku sempat melihat ketiganya bermain di bibir pantai. Sang anak tampak riang.

Namun tak lama, terdengar suara panik, teriakan, lalu sunyi.

Gelombang kecil sejajar pantai yang tampak jinak itu, tetiba menyeret ke tengah—diduga menjadi penyebab. Fenomena ini sering tidak disadari pengunjung.

Tim SAR belum merilis pernyataan resmi. Namun proses evakuasi oleh warga masih berlangsung saat berita ini dipublis.

Kepolisian setempat masih berupaya mengidentifikasi korban. Belum ada keluarga atau kerabat yang datang melapor.

Tragedi di Pantai Ammani ini, menambah catatan kelam kecelakaan air di musim libur. (*)

Kategori
Nasional

Jangan Lewatkan! Ini Amalan-Amalan yang Dianjurkan di Bulan Syawal

Katasulsel.com – Bulan Syawal hadir sebagai momen penting setelah umat Islam merayakan kemenangan di Hari Raya Idulfitri. Tak hanya sebagai waktu bersilaturahmi, Syawal juga menjadi kesempatan emas untuk memperbanyak amal ibadah.

Sejumlah amalan dianjurkan untuk dilakukan umat Islam selama bulan Syawal. Amalan-amalan ini dipercaya dapat memperkuat keimanan dan menjaga semangat ibadah yang telah ditempa selama Ramadan.

Berikut beberapa amalan yang bisa dilakukan di bulan Syawal:

  1. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
    Salah satu amalan paling dianjurkan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).

Umat Islam dapat memilih hari mana saja selama bulan Syawal untuk melaksanakan puasa ini, baik secara berurutan maupun terpisah.

  1. Menjalin Silaturahmi
    Syawal juga dikenal sebagai bulan mempererat tali silaturahmi. Tradisi saling mengunjungi, meminta maaf, dan berkumpul bersama keluarga menjadi ciri khas yang sangat dijaga.

Silaturahmi dipercaya membawa berkah, memperpanjang umur, dan melapangkan rezeki, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW.

  1. Bersedekah dan Memberi Makan
    Melanjutkan semangat berbagi dari bulan Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk tetap memperbanyak sedekah di bulan Syawal. Terlebih bagi mereka yang memiliki kelebihan rezeki, momentum Syawal bisa dijadikan sarana membantu sesama.
  2. Menjaga Amal Ibadah Sunnah
    Selain ibadah wajib, menjaga shalat-shalat sunnah seperti Dhuha, Tahajud, dan Rawatib juga dianjurkan. Ini sebagai bentuk upaya menjaga kualitas ibadah setelah sebulan penuh dilatih di bulan Ramadan.
  3. Momentum Perubahan Diri
    Syawal bisa dijadikan sebagai momen hijrah spiritual. Banyak umat Islam yang menjadikan bulan ini sebagai titik awal memperbaiki akhlak, memperdalam ilmu agama, hingga lebih aktif dalam kegiatan keagamaan.(*)
Kategori
Sidrap

Dihadiri Syaharuddin Alrif, Prof. Fajar: Politek Indonesia “Welcome” Untuk Anak-anak Sidrap Tanpa Biaya

Sidrap, katasulsel.com — Atmosfer sekolah mendadak berubah. Bukan karena eksperimen kimia bocor atau siswa demo ujian, tapi karena ribuan alumni lintas angkatan dari tahun 1984 sampai 2021—dengan seragam batik dan penuh nostalgia—menyesaki halaman SMAN 3 Sidenreng Rappang, Rabu, 2 April 2025. 

Di tengah-tengah euforia ini, tak hanya memori yang diputar ulang, tapi juga solidaritas yang diperkuat, bahkan hingga taraf kolektifitas lintas generasi.

Fenomena ini disebut retrospektif sosial, di mana individu dan kelompok kembali menengok ke masa lalu bukan sekadar untuk mengenang, tapi merekatkan kembali ikatan yang sempat renggang oleh waktu dan jarak. 

Dan, begitulah suasana di SMAN 3 Sidrap hari itu—hidup, cair, dan penuh interaksi lintas usia yang spontan namun bermakna.

Semua hadir. Dari alumni yang kini jadi pengusaha, pejabat, hingga yang tetap membumi sebagai petani dan ibu rumah tangga. 

Bahkan dewan guru yang sudah purna tugas pun datang, seolah tak ingin melewatkan simfoni rasa yang meledak bak dopamin ketika memori masa muda diputar ulang. 

Bupati Sidenreng Rappang, H. Syaharuddin Alrif pun ikut nimbrung, disambut tarian padduppa dan selempang kehormatan yang disematkan langsung oleh ketua panitia, A. Sammang—Camat Dua Pitue sekaligus alumni penuh energi.

Tentu saja, acara tidak berlangsung asal-asalan. Dimulai dari Indonesia Raya yang dikomandoi Ardianto Kety, lalu lantunan ayat suci oleh Suamiati Sakke, dan doa dari Asaputra yang kini berkarier di Basarnas Sulbar. 

Semua berurutan secara ritualistik, membentuk semacam ‘upacara sakral’ yang menjadi ciri khas setiap momen penuh penghormatan.

Andi Sammang yang kini menjabat camat tapi tetap humble, membakar semangat lewat laporannya sebagai ketua panitia. Sementara di panggung kehormatan, Prof. Fajar—alumni yang kini menjabat Dirut Politeknik Indonesia—mencuri perhatian. 

Dalam pidatonya yang sempat bikin hadirin terdiam, ia mengajak semua alumni untuk membangun dana abadi sebagai bentuk partisipasi sosial berkelanjutan. 

Bahkan, ia menyampaikan komitmen siap menerima anak-anak Sidrap kuliah di Poltek Indonesia tanpa biaya, jika motivasi dan kemauan mereka sekuat mimpi yang tak mau mati.

Prof. Fajar tak sendiri. Kepala sekolah Najamuddin pun ikut haru melihat dua alumni sekolahnya menyandang gelar profesor—Prof. Fajar dan Prof. Abdul Rahim dari Universitas Tadulako. 

“Ini bukan sekadar prestasi, tapi indikator keberhasilan sistem pendidikan mikro yang berlangsung konsisten di institusi ini,” ujarnya lirih namun penuh bangga.

Bupati Syaharuddin, yang disambut antusias, ikut memaparkan roadmap pembangunan SDM di Sidrap, lengkap dengan rincian program prioritas yang menyasar sektor pendidikan. Mulai dari rehab bangunan, pengadaan mobiler, sampai beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) yang jumlahnya menyentuh miliaran. 

“Pendidikan bukan biaya, tapi investasi jangka panjang,” tegasnya, menutup sambutan dengan gaya oratoris.

Setelah semua pidato dan seremoni, agenda pun dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata untuk guru purna tugas, peresmian gazebo dari dana temu kangen senilai Rp 12 juta, plus pengumuman donasi spontan sebesar Rp 32 juta lebih—semua terkumpul dari alumni dan perorangan yang ingin berkontribusi membangun fasilitas sekolah.

Dan akhirnya, A. Sammang—yang dari awal tampak sibuk ke sana kemari—menghela napas puas. 

“Ini ledakan sosial yang luar biasa. Jumlah pesertanya di luar ekspektasi. Ini akan tercatat dalam memori kolektif IKA sebagai salah satu titik balik eksistensinya,” katanya, sebelum kembali larut dalam pelukan nostalgia dan sapaan hangat dari kawan-kawan lama.(*)

Kategori
Sidrap

Tumbuh Bersama, Pulang Bersama: Ribuan Alumni SMAN 3 Sidrap ‘Ngumpul’ di Reuni Akbar 1984–2021

Sidrap, katasulsel.com — Atmosfer sekolah mendadak berubah. Bukan karena eksperimen kimia bocor atau siswa demo ujian, tapi karena ribuan alumni lintas angkatan dari tahun 1984 sampai 2021—dengan seragam batik dan penuh nostalgia—menyesaki halaman SMAN 3 Sidenreng Rappang, Rabu, 2 April 2025.

Di tengah-tengah euforia ini, tak hanya memori yang diputar ulang, tapi juga solidaritas yang diperkuat, bahkan hingga taraf kolektifitas lintas generasi.

Fenomena ini disebut retrospektif sosial, di mana individu dan kelompok kembali menengok ke masa lalu bukan sekadar untuk mengenang, tapi merekatkan kembali ikatan yang sempat renggang oleh waktu dan jarak.

Dan, begitulah suasana di SMAN 3 Sidrap hari itu—hidup, cair, dan penuh interaksi lintas usia yang spontan namun bermakna.

Semua hadir. Dari alumni yang kini jadi pengusaha, pejabat, hingga yang tetap membumi sebagai petani dan ibu rumah tangga.

Bahkan dewan guru yang sudah purna tugas pun datang, seolah tak ingin melewatkan simfoni rasa yang meledak bak dopamin ketika memori masa muda diputar ulang.

Bupati Sidenreng Rappang, H. Syaharuddin Alrif pun ikut nimbrung, disambut tarian padduppa dan selempang kehormatan yang disematkan langsung oleh ketua panitia, A. Sammang—Camat Dua Pitue sekaligus alumni penuh energi.

Tentu saja, acara tidak berlangsung asal-asalan. Dimulai dari Indonesia Raya yang dikomandoi Ardianto Kety, lalu lantunan ayat suci oleh Suamiati Sakke, dan doa dari Asaputra yang kini berkarier di Basarnas Sulbar.

Semua berurutan secara ritualistik, membentuk semacam ‘upacara sakral’ yang menjadi ciri khas setiap momen penuh penghormatan.

Andi Sammang yang kini menjabat camat tapi tetap humble, membakar semangat lewat laporannya sebagai ketua panitia. Sementara di panggung kehormatan, Prof. Fajar—alumni yang kini menjabat Dirut Politeknik Indonesia—mencuri perhatian.

Dalam pidatonya yang sempat bikin hadirin terdiam, ia mengajak semua alumni untuk membangun dana abadi sebagai bentuk partisipasi sosial berkelanjutan.

Bahkan, ia menyampaikan komitmen siap menerima anak-anak Sidrap kuliah di Poltek Indonesia tanpa biaya, jika motivasi dan kemauan mereka sekuat mimpi yang tak mau mati.

Prof. Fajar tak sendiri. Kepala sekolah Najamuddin pun ikut haru melihat dua alumni sekolahnya menyandang gelar profesor—Prof. Fajar dan Prof. Abdul Rahim dari Universitas Tadulako.

“Ini bukan sekadar prestasi, tapi indikator keberhasilan sistem pendidikan mikro yang berlangsung konsisten di institusi ini,” ujarnya lirih namun penuh bangga.

Bupati Syaharuddin, yang disambut antusias, ikut memaparkan roadmap pembangunan SDM di Sidrap, lengkap dengan rincian program prioritas yang menyasar sektor pendidikan. Mulai dari rehab bangunan, pengadaan mobiler, sampai beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) yang jumlahnya menyentuh miliaran.

“Pendidikan bukan biaya, tapi investasi jangka panjang,” tegasnya, menutup sambutan dengan gaya oratoris.

Setelah semua pidato dan seremoni, agenda pun dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata untuk guru purna tugas, peresmian gazebo dari dana temu kangen senilai Rp 12 juta, plus pengumuman donasi spontan sebesar Rp 32 juta lebih—semua terkumpul dari alumni dan perorangan yang ingin berkontribusi membangun fasilitas sekolah.

Dan akhirnya, A. Sammang—yang dari awal tampak sibuk ke sana kemari—menghela napas puas.

“Ini ledakan sosial yang luar biasa. Jumlah pesertanya di luar ekspektasi. Ini akan tercatat dalam memori kolektif IKA sebagai salah satu titik balik eksistensinya,” katanya, sebelum kembali larut dalam pelukan nostalgia dan sapaan hangat dari kawan-kawan lama.(*)

Kategori
Sidrap

Dukung Penyerapan Gabah, Babinsa Koramil 1420-05/Dua Pitue Cek Penggilingan Padi

Sidrap, katasulsel.com — Dalam rangka mendukung kelancaran program serapan gabah, Babinsa Kelurahan Ponrangngae Koramil 1420-05/Dua Pitue Serda Ilham Ismail melaksanakan pengecekan tempat penggilingan padi dan gudang padi dan beras PB. Sederhana milik H. Abu di Lingkungan 2 Kelurahan Ponrangngae Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap, Kamis (03/04/2025)

Kegiatan ini sebagai upaya untuk memastikan proses serapan gabah berjalan dengan baik dan tepat sasaran, serta membantu Bulog dalam memastikan ketersediaan stok pangan nasional.

Pendampingan yang dilakukan oleh para Babinsa memiliki peran penting dalam penyerapan gabah, selain memastikan harga yang layak bagi petani, pengecekan ini juga menjadi bagian dari strategi pengamanan stok beras nasional, yang dikelola oleh Bulog. Dengan adanya koordinasi antara TNI AD melalui Babinsa dan instansi terkait, diharapkan proses distribusi hasil panen petani berjalan lebih efektif dan efisien.

“Sebagai aparat teritorial, kami memiliki tugas untuk mendampingi petani, memberikan edukasi terkait tata cara serapan gabah, serta membantu memastikan agar proses ini berjalan lancar dan tidak ada kendala. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan nasional, yang menjadi salah satu prioritas Pemerintah, ” ujar Dandim 1420/Sidrap, Letkol Inf Awaloeddin, S.I.P.

“Kegiatan ini juga mencerminkan sinergi yang kuat antara TNI, pemerintah, dan stakeholder lainnya. Dalam mendukung ketahanan pangan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan petani,” jelasnya.

Melalui peran aktif Babinsa, diharapkan dapat memperlancar proses penyerapan gabah oleh Bulog dan pada akhirnya dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus membantu Bulog dalam menjaga kestabilan harga dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

” pendampingan tersebut diharapkan dapat meminimalisir adanya penyimpangan dan memastikan hasil pertanian dapat terserap dengan optimal, ” jelas Dandim

Kategori
Nasional

Wamendagri Apresiasi Polri Atas Inovasi Rekayasa Arus Mudik

Jakarta, katasulsel.com — Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto, mengapresiasi Polri atas pelaksanaan mudik Idulfitri 1446 Hijriah. Menurutnya, mudik tahun ini terasa lebih nyaman.

“Mudik tahun ini rasanya lebih lancar ya,” jelas Wamendagri Bima Arya kepada wartawan, Rabu (2/4/25).

Ia menyampaikan, kebijakan Work From Anywhere (WFA) dan rekayasa lalu lintas yang disiapkan Polri memberikan dampak luar biasa terhadap arus mudik. Oleh karenanya, arus lalu lintas kendaraan mengalir dengan lancar.

“Karena WFA ini kelihatannya efektif, jadi mudiknya bertahap. Kemudian teman-teman kepolisian membuat rekayasa lalin yang inovatif juga,” ujarnya.

Disampaikan Wamendagri Bima, apresiasi juga diberikan atas koordinasi yang terbangun antarkepala daerah dan pemerintah pusat. Hal itu memang menjadi salah satu yang penting dalam mewujudkan mudik aman, nyaman, dan lancar.

Kategori
Makassar

Hoaks Berkedok Amal, Gubernur Sulsel Tak Pernah Berdonasi ke Rumah Tahfidz

Makassar, Katasulsel.com – Hati-hati, berita hoaks lagi-lagi beredar.

Kali ini, informasi palsu berkedok amal mencatut nama Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman.

Informasi tersebut menyebar di media sosial, menunjukkan tangkapan layar akun Facebook “Andii Sudirman” yang menyatakan transfer dana Rp 23 juta untuk rumah tahfidz Quran.

Namun, Pemprov Sulawesi Selatan menegaskan informasi tersebut hoaks! Kepala Dinas Kominfo SP Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Winarno Eka Putra, menyatakan Gubernur Andi Sudirman Sulaiman tidak pernah melakukan transfer dana tersebut.

“Akun itu palsu! Gubernur tidak pernah berdonasi melalui akun pribadi,” tegas Winarno.

Winarno mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap modus penipuan yang mencatut nama pejabat. “Jangan mudah percaya informasi di medsos tanpa verifikasi resmi,” tambah Winarno.(*)

Kategori
HEADLINE

Gembong Narkoba, Freddy Budiman Sempat Baca Kalimat Tauhid Sebelum di Eksekusi Mati

Jakarta, katasulsel.com – Nama Freddy Budiman mungkin akan selalu diingat sebagai salah satu gembong narkoba paling terkenal di Indonesia.

Vonis hukuman mati yang diterimanya atas kasus penyelundupan 1,4 juta pil ekstasi dari China bukanlah akhir dari cerita hidupnya.

Kematian yang menjemputnya di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Nusakambangan justru membuka lembaran baru yang menarik untuk dibahas: perjalanan spiritualnya menjelang akhir hayat.

Freddy Budiman dieksekusi mati pada tahun 2016, tetapi kisahnya terus mencuat ke permukaan, terutama dengan adanya pernyataan dari anaknya, Fikri Budiman.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Ngobrol Asix, Fikri mengungkapkan rasa bangganya kepada sang ayah.

“Untuk saat ini bangga, karena dia satu-satunya manusia yang menurutku berani bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dan dia rela kehilangan segala-galanya,” ujarnya, menggambarkan perasaan campur aduk saat menghadapi detik-detik terakhir hidup ayahnya.

Fikri menceritakan bagaimana ia menghadapi kenyataan pahit bahwa ayahnya akan dieksekusi mati.

Dalam perjalanan menuju Lapas Nusakambangan, ia merasakan kesedihan mendalam. “Hari pertama aku ketemu papa nangis, nangis dan nangis,” tuturnya.

Momen-momen itu bukan hanya tentang perpisahan, tetapi juga tentang pembelajaran dan pengertian.

Freddy, dalam kondisi terdesak, tetap menunjukkan ketegaran. Ia bercanda, memberi semangat kepada Fikri meski tahu bahwa waktu mereka sangat terbatas.

Fikri menggambarkan bagaimana ayahnya, meski dalam situasi sulit, tetap berusaha menjalankan ibadah.

“Kita salat bareng, salat dzuhur bareng abis itu kita ngobrol lagi. Papa tuh masih ngaji, Al-Qur’an selalu dipegang sama papa,” ungkapnya, menunjukkan bahwa meski dalam keadaan tertekan, Freddy berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Sebelum dieksekusi, terpidana mati biasanya diberikan kesempatan untuk mengajukan permintaan terakhir.

Namun, Fikri mengungkapkan bahwa semua permintaan Freddy tidak dikabulkan.

“Papa tuh yang pertama minta hari terakhir, aku bisa tidur di dalam penjara, gak diperbolehkan karena alasannya mental. Trus permintaan keduanya, papa bilang setelah saya meninggal, saya mau anak saya memandikan saya,” jelas Fikri. Keinginan Freddy untuk berkumpul dengan adiknya di penjara pun tak terpenuhi.

Namun, dalam kegelapan situasi tersebut, ada cahaya harapan. Sebelum eksekusi, Freddy meminta izin kepada regu tembak untuk mengucapkan kalimat tauhid.

Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan, “Dia minta kesempatan kepada regu eksekutor sebelum meninggal diberi kesempatan untuk membaca kalimat tauhid ‘Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah.'”

Permintaan ini menunjukkan bahwa Freddy berusaha menutup hidupnya dengan baik, dengan mengakui keesaan Allah.

Transformasi spiritual Freddy Budiman menjelang akhir hidupnya menjadi topik hangat.

Seiring dengan pelaksanaan hukuman, banyak yang terkejut melihat bagaimana seorang gembong narkoba ini berusaha memperbaiki diri.

Ia mulai mengenakan gamis, memanjangkan janggut, dan memperdalam ibadahnya.
Ustaz Adi Hidayat mencatat bahwa Freddy mampu mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak tujuh kali sebelum diesksekusi, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang yang sebelumnya terjerumus dalam dunia gelap.

Bagi banyak orang, perjalanan taubat Freddy adalah bukti bahwa pintu ampunan selalu terbuka.

Ustaz Adi Hidayat menyebutkan, “Orang menyebutnya sebagai gembong narkoba, tapi kepulangannya indah, masih bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 7 kali, bertaubat.”

Kematian Freddy menjadi pelajaran bahwa setiap orang, terlepas dari seberapa besar dosanya, memiliki kesempatan untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.

Dalam pandangan Islam, kematian yang baik atau husnul khatimah adalah ketika seseorang meninggal dalam keadaan taat kepada Allah.

Hal ini ditandai dengan mampu mengucapkan kalimat tauhid sebelum wafat.

Ustaz Adi Hidayat menegaskan bahwa kematian Freddy, yang dikelilingi oleh penyesalan dan taubat, bisa menjadi salah satu contoh husnul khatimah.

“Tidak setiap orang punya kemampuan mengucapkan ‘La Ilaha Illallah’, mesti belajar kita itu,” ujarnya.

Freddy Budiman mungkin telah terlibat dalam kejahatan yang sangat serius, tetapi perjalanan hidup dan akhir hayatnya memberikan pesan yang dalam tentang kesempatan untuk berubah.

Ia meninggalkan warisan yang kompleks: seorang gembong narkoba yang, menjelang akhir hidupnya, berusaha untuk memperbaiki diri dan menghadap Sang Pencipta.

Kisah Freddy Budiman adalah pengingat bahwa dalam hidup ini, kesempatan untuk bertaubat selalu ada, dan setiap individu, tidak peduli seberapa dalam ia terjerumus dalam kesalahan, dapat menemukan jalan kembali menuju kebaikan.

Di balik cerita tragis ini, ada harapan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk meraih husnul khatimah dan meninggal dalam keadaan beriman. (*)

Kategori
Konawe

Air Melimpah, Tapi Petani di Konawe Kekeringan

Foto Ilustrasi

Konawe, katasulsel.com — Sawah luas terbentang. Tapi kering. Retak-retak. Seperti belum tersentuh air berbulan-bulan.

Padahal, tak jauh dari sana, Bendungan Ameroro berdiri megah. Resmi diresmikan Presiden Joko Widodo tahun 2024 lalu.

Tapi, buat petani di Desa Ameroro, bendungan itu seperti pajangan. Airnya tak mengalir ke sawah mereka.

143 hektar sawah di Desa Ameroro, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, Sultra, terancam gagal panen.

Musim tanam sudah lewat, tapi tanah masih kering. Banyak yang bahkan belum mulai menggarap. Petani pusing. Tanpa air, sawah tak bisa ditanami.

Masalahnya? Air dari bendungan tak sampai ke area persawahan.

Tiga kelompok petani pemakai air (P3A) di desa itu, yaitu Sumber Rejeki, Saromase, dan Humboto, hanya bisa gigit jari.

Jarak bendungan ke sawah mereka cuma tiga kilometer, tapi airnya seperti enggan datang.

Petani yang punya modal lebih, coba bertahan. Mereka menyedot air buangan dari sawah lain pakai mesin.

Lalu dialirkan ke sawah sendiri. Tapi, cara ini butuh biaya ekstra. Sewa mesin, beli solar, semua pakai uang. Petani yang kepepet? Mereka hanya bisa berharap.

Astamar, salah satu petani di sana, mengaku tetap kesulitan meski sudah menyedot air. “Air sedotan itu nggak cukup buat sawah kami. Masih kurang,” keluhnya, Senin lalu.

Asman, seorang pengamat di Ameroro, menyebut bangunan ukur ambang lebar di lokasi BAM satu sekunder Mamiri jadi biang kerok.

“Sebelum ada bangunan itu, air mengalir lancar. Sekarang? Buntu!” ungkapnya.

Para petani berharap ada solusi. Bangunan itu, kata mereka, harus dibuka agar air kembali mengalir ke sawah.

Kalau tidak? Sawah tetap kering, panen pun gagal. Bendungan Ameroro, yang seharusnya jadi penyelamat, malah jadi saksi bisu kesulitan petani.(*)

Kategori
Sidrap

Libur Idul Fitri, Polres Sidrap Pastikan Kesiapan Pengamanan dengan Pleton On Call

Sidrap, kilatutama.com – Dalam uoaya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat selama libur Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M, Polres Sidrap menyiagakan Pleton On Call. Langkah ini bertujuan untuk memastikan respons cepat terhadap segala potensi gangguan kamtibmas dan kelancaran aktivitas masyarakat selama masa liburan. Selasa (01/04/25)

Kapolres Sidrap, AKBP Fantry Taherong saat dikonfirmasi menegaskan bahwa seluruh jajaran kepolisian di wilayah hukum Polres Sidrap tetap siaga untuk mengantisipasi berbagai situasi yang mungkin terjadi, termasuk peningkatan arus mudik dan balik, pusat keramaian, serta kegiatan masyarakat lainnya. “Kami telah menyiagakan Pleton On Call yang siap bertugas kapan saja demi menjaga keamanan dan kenyamanan masyarakat selama libur Lebaran,” ujar Kapolres.

Selain itu, Polres Sidrap juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan dan Satpol PP guna mengawal kelancaran arus lalu lintas dan memastikan keamanan di berbagai titik strategis. Pos pengamanan juga didirikan di lokasi-lokasi vital guna memberikan rasa aman bagi masyarakat.

Dengan kesiapan personel dan kolaborasi antar instansi, Polres Sidrap berharap masyarakat dapat merayakan Idul Fitri dengan aman dan nyaman. “Kami hadir untuk memberikan pelayanan terbaik agar masyarakat Sidrap merasa aman dan nyaman selama libur Lebaran ini,” tutup Kapolres. (*)

Kategori
Nasional

Pembunuh Wartawan Rico Sempurna Pasaribu dan Keluarganya Dihukum Seumur Hidup

Kabanjahe, Katasulsel.com – Bebas Ginting alias Bulang, kini tak lagi bebas. Tangan kejamnya yang merenggut nyawa Rico Sempurna Pasaribu dan tiga anggota keluarganya, terkunci di balik jeruji seumur hidup.

Vonis hukuman itu terdengar keras di Pengadilan Negeri Kabanjahe, Kamis (27/3/2025). Bulang tak bisa lagi menikmati sinar matahari yang menyertai kebebasan.

Bulang bukan sendiri. Yunus Saputra Tarigan, “tangan kanan” Bulang, juga dihukum seumur hidup. Rudi Apri Sembiring, yang ikut terlibat, mendapat hukuman 20 tahun.

Hakim menilai aksi mereka sangat sadis, melukai nurani manusia. Ketiga terdakwa terbukti melakukan pembunuhan berencana.

Keadilan akhirnya menyertai Rico Sempurna Pasaribu dan keluarganya. Harapan semoga vonis ini menghukum kekejaman dan memberi efek jera bagi yang ingin berbuat jahat. (*)

Kategori
Luwu

Air Naik Satu Meter di Luwu Timur, Warga Butuh Bantuan

Luwu Timur, katasulsel.com — Duh, Luwu Timur lagi-lagi diguyur hujan lebat. Sejak 1 April 2025, dusun Rende-Rende di desa Parumpanai kebanjiran.

Airnya? Sampai satu meter loh. Rumah-rumah warga terendam, bikin suasana jadi mencekam.

Bupati Irwan Bachri Syam gak tinggal diam. Dia langsung instruksikan jajarannya untuk turun ke lapangan.

Pemantauan Katasulsel.com, Rabu, 2 April 2025, Tim Reaksi Cepat (TRC) sudah bergerak cepat ke lokasi, siap membantu yang terjebak air.

Wawan, seorang relawan, bilang, “Sejak Selasa sore, saya udah edukasi warga. Perahu fiber yang ada di Parumpanai harus dipindah. Kita harus siap siaga.”

Sementara itu, Posko pemantauan sudah didirikan. Mereka koordinasi di beberapa titik banjir.

Bupati Irwan yang dapat laporan langsung, “Saya sudah perintahkan BPBD dan Kadis Sosial untuk tangani ini. Pak Camat juga udah saya suruh turun,” tegasnya.

Pemerintah daerah pun enggak mau ketinggalan. Air bersih udah mulai didistribusikan buat warga yang butuh.

Mereka paham betul, kebutuhan dasar adalah yang utama dalam situasi kayak gini.

Sampai berita ini ditulis, tim gabungan terus berusaha mengevakuasi warga dan memantau situasi. Mari kita doakan agar semuanya cepat membaik dan warga bisa kembali normal. (*)

Kategori
Sidrap

Setelah Farida, Giliran Hasiah Yang Ditelan Ular Piton Raksasa di Sidrap

Sidrap, katasulsel.com – Siapa sangka, hutan di Sidrap ternyata menyimpan teror yang tak terlihat.

Seekor piton raksasa, yang selama ini diam-diam mengintai, akhirnya menunjukkan taringnya lagi.

Kali ini, sasarannya seorang nenek bernama Hasiah, 66 tahun, warga Lampiring, Kelurahan Batu, Kecamatan Pituriase.

Selasa (1/4/2025), Hasiah pergi ke hutan seperti biasa. Rutinitas yang sudah ia jalani bertahun-tahun. Siang berlalu, sore datang, tapi ia tak kunjung pulang.

Putranya, Nurdin Simanteng, mulai cemas. Ada firasat buruk yang menggelayut di pikirannya.

Bersama warga, Nurdin menelusuri jejak sang ibu. Di tengah sunyi rimbunnya pepohonan, mereka menemukan botol air minum milik Hasiah.

Tak jauh dari sana, seekor ular piton tampak tergeletak. Perutnya membesar tak wajar.

Langkah mereka terhenti. Napas tertahan. Bulan bersinar samar, menerangi siluet yang mengerikan—ada sesuatu dalam perut ular itu.

“Kami cari sampai malam. Lalu, kami lihat ular besar yang tidak bisa bergerak. Perutnya menggembung dan ada bentuk tubuh manusia,” kata Nurdin, suaranya bergetar di rumah duka.

Warga tak menunggu lama. Dengan parang di tangan, mereka membelah perut piton itu.

Yang mereka temukan membuat malam itu menjadi malam paling mengerikan di Sidrap. Hasiah, sudah tak bernyawa, keluar dari perut ular.

Suasana desa berubah. Mencekam.

Apa yang dialami nek Hasiah ini, kembali mengingatkan warga peristiwa setahun lalu, saat Farida, warga Dusun 3 Paraja, Desa Kalempang, juga menjadi korban piton.

Dua nyawa melayang dalam dua tahun berturut-turut. Ini bukan lagi kejadian biasa.

Namun, satu hal yang jelas, jika tidak ada tindakan cepat, kejadian tragis ini bukan tak mungkin akan terulang kembali.

Pemerintah, aparat desa, serta pihak terkait perlu turun tangan. Apakah perlu pemasangan perangkap? Atau upaya relokasi ular-ular besar ke habitat yang lebih aman?

Warga tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Kejadian dua tahun berturut-turut ini seharusnya menjadi alarm keras bagi semua pihak.

Jangan sampai ada korban berikutnya sebelum langkah konkret diambil.(*)

Kategori
Gowa

Gadai Berujung Derita, Hj. Yuliani Ditangkap Saat Takbiran di Gowa

Gowa, Katasulsel.com — Tim Black Horse Polsek Pallangga bergerak di malam takbiran.

Saat gema takbir berkumandang, mereka mengetuk pintu rumah Hj. Yuliani (44) di Dusun Borong Bilalang, Desa Julubori, Gowa.

Bukan untuk silaturahmi, tapi untuk membawa perempuan itu ke kantor polisi. Dugaan penipuan transaksi gadai kendaraan jadi tiketnya menuju interogasi.

Awalnya, Hj. Yuliani menawarkan sepeda motor kepada HS (50). Gadai, katanya. Uang diterima, kendaraan berpindah tangan.

Namun, masalah muncul ketika motor itu tiba-tiba ditarik pihak leasing. HS pun merasa dibohongi.

Tiga kali panggilan klarifikasi diabaikan. Mangkir tanpa alasan. Polsek Pallangga tak tinggal diam. Tim Black Horse turun tangan.

IPDA Syamsuar memimpin operasi. Hj. Yuliani sempat menolak ikut. Butuh pendekatan hukum dan sedikit persuasi agar ia bersedia dibawa.

Empat tahun sudah ia berjanji mengembalikan uang HS. Pernyataan tertulis pun dibuat. Nyatanya, janji tinggal janji. Ketika ditagih, ia menghilang bak bayangan di malam gelap.

Pengakuannya sederhana: uang itu sudah habis. Sebagian untuk melunasi utang, sisanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Namun, hukum tak peduli pada alasan. Pasal 372 KUHP tentang penggelapan sudah menantinya. Ancaman hukuman? Maksimal empat tahun penjara.

Kasus ini bukan pertama. Nama Hj. Yuliani sudah beredar dalam lingkaran modus serupa. Polisi pun membuka peluang bagi korban lain untuk melapor.

Malam takbiran itu, tak ada takbir kemenangan baginya. Hanya ruang interogasi yang dingin dan konsekuensi hukum yang mengintai.(*)